a) Aspek siswa, seorang guru
harus memahami segala karakteristik perbedaan yang ada pada diri peserta didik,
guna mencapai tujuannya sesuai dengan tahapan perkembangan para peserta didik.
b) Aspek tujuan, yaitu apa yang
akhirnya diharapkan tercapainya setelah adanya kegiatan belajar mengajar, yang
diaplikasikan ke dalam kegiatan yang terencana dan dapat dievaluasi (terukur).
c) Aspek guru, sebagai figur
pendidik seyogyanya dalam proses belajar mengajar selalu mengusahakan
terciptanya situasi yang mengarah pada proses pengalaman belajar (learning
experience) pada diri siswa, dengan mengerahkann segala sumber
(learning resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar
(teaching-learning strategy) yang tepat (appropriate).
Komponen pencapaian dari hasil proses belajar mengajar, yaitu:
a) Hakikat atau konsep dasar
serta terjadinya perilaku belajar pada diri siswa.
b) Kriteria dan cara merumuskan
tujuan belajar mengajar (instruksional) dalam bentuk yang operasional yang
dapat dipandang sebagai manifestasi hasil perilaku belajar siswa yang secara
langsung dapat diamati (observasi) dan dapat dievaluasi atau diukur
(measurable).
c) Karakteristik utama, termasuk segi-segi kebaikan dan kelemahannnya, dari beberapa model strategi belajar mengajar yang umum, serta kriteria yang dapat dipergunakan untuk memilihnya bagi keperluan penggunaannya.
Mengajarkan Konsep Saat Mengajar Materi Baru
Menjadi tenaga pendidik tidak semudah kelihatannya. Tak hanya di kelas,
berkutat dengan lembar kerja siswa dan memberikan tugas rumah saja. Guru juga
bertanggungjawab atas hal-hal di luar kelas seperti akademik, keorganisasian
sekolah, kurikulum, update metode ,dan pengetahuan baru.
Selain itu mereka bertanggungjawab atas keberhasilan siswa dalam memahami
materi yang disampaikan.
Membagikan ilmu pengetahuan baru pada siswa itu susah-susah gampang.
Kebanyakan teori yang sudah paten dengan bahasa ilmiah sulit dicerna peserta
didik, terutama pada siswa SD-SMP karena tahap perkembangan kognitif mereka
belum bisa abstraksi tanpa gambaran nyata. Itulah mengapa penting sekali untuk
mengajarkan konsep saat mengajar materi baru di kelas. Konsep merupakan sebuah
ide atau gagasan yang diabstraksi melalui kejadian konkret.
Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, siswa SD yang berusia 7-11 tahun
berada dalam fase operasional konkret, di mana anak-anak di usia
tersebut dapat berpikir logis dengan peristiwa konkret. Namun, di usia ini
mereka belum mampu berpikir abstrak. Sehingga butuh bantuan dari tenaga
pendidik untuk memberikan gambaran alias konsep yang dapat membantu mereka
mencerna informasi.
Anak-anak di fase operasional konkret dapat menggunakan logika induktif,
yakni menalarkan informasi/kejadian khusus ke prinsip umum. Contohnya seorang
anak menyimpulkan bahwa menyiram tanaman dapat memperpanjang usia tanaman
tersebut. Mereka belum bisa berpikir ada faktor lain, jenis tanaman yang tidak
begitu memerlukan air, volume air yang cukup, dan semacamnya. Mereka belum
dapat berpikir secara deduktif.
Selain berkaitan dengan tahap perkembangan kognitif siswa, mengajarkan
konsep saat mengajar juga sangat penting, terutama bagi hal-hal berikut ini.
A. Mempercepat Siswa dalam Memahami
Materi
Tentu saja pentingnya mengajarkan konsep dalam proses belajar mengajar
ialah untuk membuat siswa mudah memahami materi yang diberikan oleh guru.
Perbedaan daya tangkap siswa juga berpengaruh dalam memahami materi yang
didistribusikan, jadi pastikan jelaskan konsep sefamiliar mungkin dan relate dengan
kejadian sehari-hari mereka.
Misalkan saja dalam materi fotosintesis, guru dapat memberikan gambaran
konkret dengan mengajak siswa membawa tanaman berdaun hijau yang sebagian
daunnya ditutupi oleh selotip/kertas lalu dibiarkan beberapa hari. Di situlah
mereka dapat memahami pentingnya matahari dalam proses fotosintesis. Jika dirasa
terlalu rumit, guru dapat memberikan gambaran/menceritakan tanaman yang tidak
terpapar matahari tidak dapat berdaun hijau, karena matahari merupakan salah
satu bahan bakar dalam proses fotosintesis.
B. Mengajak Peserta Didik
Mengaplikasikan Pengetahuan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Esensinya, ilmu pengetahuan dan teknologi diciptakan untuk mempermudah
hidup manusia. Begitu juga ilmu yang didapatkan di sekolah pasti berguna dalam
kehidupan sehari-hari. Ajak peserta didik menerapkan pengetahuan tersebut agar
lebih dipahami.
Sebagai contoh, guru bisa mengajak siswa belajar tentang gaya gravitasi di
kelas, menjatuhkan pulpen dari meja, melempar bola ke atas, merakit teleskop,
mengajak siswa karyawisata ke monumen kapal selam, atau tempat wisata edukasi
semacamnya.
C. Mencegah Salah Pemahaman Informasi
Karena anak-anak masih berpikir menggunakan logika deduktif, maka
penjelasan melalui konsep sangat membantu guru agar peserta didik memahami
suatu pengetahuan dengan baik. Sering terjadi logika deduktif membuat salah
paham saat berkomunikasi, salah satunya dalam menyampaikan materi.
Menjelaskan materi pelajaran dengan konsep dapat mengurangi distorsi dalam
penerimaannya. Latar belakang sosial budaya siswa sangat mempengaruhi
penerimaan dan mencerna informasi, jadi pastikan guru mengenal background sosial-budaya
siswa agar dapat memberikan contoh yang relate.
D. Meningkatkan Kreativitas dan
Imajinasi Peserta Didik
Kreativitas merupakan sebuah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru,
bisa berupa ide/gagasan, benda atau kegiatan. Dengan mengajak siswa berpikir
melalui konsep, siswa akan mudah dalam mengembangkan kreativitas serta
imajinasinya.
Bagaimana cara meningkatkan kreativitas dan imajinasi siswa melalui konsep?
Nah, caranya dengan memberikan penjelasan konkret dan memberikan tugas pada
mereka untuk mencari contoh serupa. Misalnya guru menjelaskan mengenai konsep
jenis-jenis mamalia, lalu menjelaskan contohnya ada sapi, kambing dan kucing.
Lalu tanyakan ke peserta didik, selain tiga bintang tersebut, berikan contoh
binatang mamalia lainnya dengan ciri-ciri yang sudah dijelaskan.
E. Meningkatkan Empati Peserta Didik
Bagaimana bisa mengajar dengan konsep dapat meningkatkan empati siswa?
Dalam pelajaran PPKN/Kewarganegaraan, kita pasti diberikan contoh untuk menjadi
manusia yang bermoral, baik dan menjunjung tinggi nilai pancasila. Manusia yang
bermoral digambarkan mereka memiliki empati pada sesamanya, saling
membatu/gotong royong, menghargai pendapat orang lain dan tindakan baik
lainnya.
Saat memberikan contoh, jangan lupa untuk mengembangkan kreativitasnya
kembali sekaligus meningkatkan empati mereka. Guru dapat memberikan tugas
membantu orang tua di rumah dan meminta siswa memberikan alasan mengapa mereka
membantu dalam hal tertentu.
F. Meningkatkan Keterlibatan Siswa
dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam kelas klasikal, biasanya guru yang lebih dominan dalam memaparkan
materi. Tetapi dengan memberikan gambaran konkret alias konsep saat mengajar,
siswa secara tidak langsung terlibat penuh dalam proses belajar. Mereka
mencerna penjelasan guru dengan membayangkannya. Setelah itu baru mereka dapat
menangkap maksud penjelasan tersebut.
Terlebih lagi saat mereka diberikan pertanyaan atau tugas, beri mereka
kebebasan tapi tetap terarah dalam menngembangkan kreativitas dan imajinasinya.
Semakin mereka terlibat, semakin mudah mereka memahami materi yang disampaikan.
G. Mempermudah Peserta Didik untuk
Menjelaskan Kembali tentang Materi yang Dipelajari
Ilmu pengetahuan yang benar akan menjadi tidak benar saat didistribusikan
dengan cara dan komunikasi non-asertif. Saat siswa menerima pengetahuan dengan
baik, terutama melalui konsep, mereka akan mudah dalam mendistribusikan ulang
pengetahuan tersebut. Cara mereka menjelaskan kembali pasti juga melibatkan
logika yang mereka cerna sebelumnya.
Mereka yang dapat menjelaskan ulang tanpa berbelit-belit memiliki
kemungkinan bahwa mereka paham tentang apa yang mereka bicarakan dan tahu cara
menyampaikannya. Sedangkan mereka yang berbelit-belit memiliki dua kemungkinan,
yang pertama adalah mereka paham tetapi tidak bisa berkomunikasi dengan baik,
atau mereka tidak memahami apa yang mereka sampikan.
H. Membiasakan Siswa Berkomunikasi yang
Baik
Percaya atau tidak jika kita membiasakan cara kita berbicara dengan jelas
melalui konsep, siswa akan menirunya? Anak merupakan “peniru ulung” dari
hal-hal di sekitarnya. Mereka akan mengadaptasi cara kita berkomunikasi. Jika
kita memberikan penjelasan melalui konsep, mereka akan begitu juga pada
orang-orang sekitarya. Hal ini dapat mengembangkan kemampuan komunikasi asertif
mereka.
Metode memberikan konsep saat belajar merupakan bentuk asertifitas guru
dalam medistribusikan materi. Inilah yang sangat sesuai dengan pepatah jawa “Guru;
Digugu lan Ditiru” artinya guru dipercaya dan ditiru perilakunya.
Mengajarkan konsep jelas memiliki banyak benefit bagi
proses belajar mengajar, bagi untuk peserta didik maupun guru. Semakin hari,
ditemukan banyak metode belajar yang dapat mengembangkan banyak ranah positif
para siswa, termasuk mengajarkan konsep ini. Manfaat lain dari mengajarkan
konsep pada siswa saat proses belajar ialah mempersingkat waktu belajar karena
para siswa tidak akan kebingungan dengan materi yang disampaikan.
Komentar
Posting Komentar