BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guna membelajarkan anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukasi dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Disana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak didik ketujuan. Di sini tentu saja tugas guru berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik. Suasana belajar yang tidak menggairahkan dan menyenagkan bagi anak didik biasanya lebih banyak mendatangkan kegiatan belajar mengajar yang kurang harmonis. Anak didik gelisah duduk berlama-lama di kursi mereka masing-masing. Kondisi ini tentu menjadi kendala yang serius bagi tercapainya tujuan pengajaran.
Sebagai kegiatan yang bernilai edukatif, belajar mengajar mempunyai hakikat, cirri, dan komponen. Ketiga aspek ini perlu betul guru ketahui dan pahami guna menunjang tugas di medan pengabdian. Ketiga aspek ini di uraikan pada pembahasab berikut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT BELAJAR MENGAJAR
Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.
Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya sejumlah anak didik. Belajar tidak selamanya memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktivitas yang dilakukan oleh seseorang diluar dari keterlibatan guru.
Mengajar pasti merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan individu dan anak didik. Bila tidak ada anak didik atau objek didik, siapa yang diajarkan. Karena itu, belajar mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu didalam konsep guru yang mengajar dan anak didik yang belajar adalah dwi tunggal dalam perpisahan raga jiwa bersatu antara guru dan anak didik.
Sama halnya dengan belajar, mengajarpun pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi. Lingkungan disekitar anak didik, sehingga dapat menunbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar.(nana Sudjana ,1991: 29)
Peranan guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup banyaknya anak didik yang bernasalah. Dalam belajar ada anak didik yang sedang mencerna bahan, dan ada pula anak didik yang lamban mencerna bahan yang diberikan oleh guru. Ketiga tipe anak didik ini menghendaki agar guru mengatur strategi pengajaran yang sesuai dengan gaya-gaya belajar anak didik.
Akhirnya, bila hakikat belajar adalah “perubahan” maka hakikat belajar mengajar adalah proses “pengaturan” yang dilakukan oleh guru.
B. CIRI-CIRI BELAJAR MENGAJAR
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut:
1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud kegiatan belajar mengajar itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian. Anak didik mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
2. Ada suatu prosedur (jalanya interaksi) yang direncanakan, di desain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur, atau langkah-langkah sistematik dan relevan. Untuk mencaapi suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula. Sebagai contoh, misalnya tujuan pembelajaran agar anak didik dapat menunjukkan letak kota NEW yoRK tentu kegiatannya tidak cocok kalau anak didik disuruh membaca dalam hati, dan begitu seterusnya.
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu penggarapan materi yan khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedimikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen yang lain, apabila kompenen anak didik yang merupakan sentral. Materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya keiatan belajar mengajar.
4. Ditandai dengan aktifitas anak didik. Sebagai konsekuensi , bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental, aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi, tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak didik hanya pasif. Karena nak didiklah yang belajar, maka merekalah yang harus melakukanya.
5. Dalam kegiatan belajar megajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebaai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses belajar mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (akan lebih baik bersama anak didik) sebagai designer akan memimpin terjadinya interaksi.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disipli dalam kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu pula tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar. Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
7. Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus tercapai
8. Evaluasi. Dari seluruh kegiatan diatas, masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa diabaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujusn pengajaran yang telah ditentukan.
B. KOMPONEN-KOMPONEN BELAJAR MENGAJAR
Sebagai suatu sistem tentu saja kehiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi.
1. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaansuatu kegiatan. Tidak adasuatu kegiatan yang diprogaramkan tanpa tujuan, karena hal ini adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akn dibawa.
Dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang dicapai dalam kegiatanya. Kegiatan belajar mengajar tidak bisa dibawa sesuka hati, kecuali untuk mencapai tujuan yng telah ditetapkan.
Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yangbernilai normatif. Dengan perkataan lain, dalam tujuan terdpat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nanti yang akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat dlam lingkungan sosialnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran yang lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajr mengajar, pemilihan metode, alat sumber, dan alat evaluasi. Semua komponen itu harus bersesuaian dan didayagunakan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien mungkin. Bila salah satu kmponen tidak sesuai dengan tujuan, maka pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak akan dapat mencaapi tujuan yang telah ditetapkan.
Ny.Dr.Roestiyah, N.K. (1989 :44) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Suatu tujuan pengajaran mengatakan suatu hasil yang kita harappkan dari pengajaran itu dan bukan sekadar suatu proses dari pengajaran itu sendiari.
2. Bahan pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang kan disampaikan pada anak didik. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, iaknipenguasaan bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan propesinya (disalam mengajar disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seoran guru agar dalam belajar mengajar dapat menunjang penyampaiaan bahan pelajaran pokok.
Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. (sudirman, N.K, 1991; 203). Bahan belajarmenuurt Dr. Suharsimi Arikunto (1990) merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik. Karena itu, guru khususnya atau pengembang kurikulum umumnya, tidak bolehlupa harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera dalam silabi berkaitan dengan kebutuhan anak didik pada usia tertentu dan dalam lingkungan tertentu pula minat anak didik akan bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai denagn kebutuhan anak didik. Maslow berkeyakinan bahwa minat seseoarang akan muncul bila sesuatu itu terkait dengan kebutuhannya. (Sadirman, A.M, 1988;81). Jadi, bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik akn meotivasi anak didik dalam jangka waktu tertentu.
Dengan demikian, bahan pelajaran mrupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran, sebab bahan adalh inti dalam proses belajar mengajar yan akan disampaikan kepada anak didik.
3. Kegiatan belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti keiatan dalam pendidikan. Seala sesuatu yang sudah diprogaramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar menagjar akan melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual anak didik, yaitu pada aspek biologis, inter=lektual, dan psikolois. Kerangka berpikir demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap anak didik secara individual. Anak didik sebagi individu memiliki perbedaan dalam hal sebagimana disebutkan diatas. Pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut akan merapatkan mastery learning dalam mengajar. Mastery learning adalah salah satu strategi belajar mengajar pendekatan individual (Drs. Muhammad Ali, 1992: 94). Mastery learning adalah kegiatan yang meliputi dua kegiatan, yaitu program pengayaan dan program perbaikan (Dr. Suharsimi Arikunto, 1988; 31). Dalam kegiatan belajar mengajar, guru akan menemui bahwa anak didiknya sebagian ada yang dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas (mastery). Kenyataan tersebut merupakan persoalan yang perlu diatasi dengan segera, dan mastery learning-lah sebagai jawabannya.
Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar yang bagaimana pun, juga ditentukan dari baik atau tidaknya program pengajaran yang teklh dilakukan; dan akan berpengaruh tujuan yang akan tercapai.
4. Metode
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode mangajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan (Syaiful Bahri Djamarah, 1991:72)
Pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan bila guru mengabaikan factor-faktor yang mempengaruhi penggunaanya. Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed., mengemukakan lima macam factor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut:
a. Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya
b. Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya
c. Situasi yang berbagai-bagai keadaanya
d. Fasilitas yang berbagai-bagai kualitas dan kuantitasnya
e. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
5. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran, alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai pelengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan (Dr. Ahmad D. Marimba, 1989:51)
Alat dapat dibagai menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dan sebagainya. Sedangkan alat bantu pengajaran adalah berupa glode, papan tulis, batu tulis, batu kapur, gambar, diagram, slide, video, dan sebagainya. Ahli lain membagi alat pendidikan dan penganjaran menjadi alat material nan nonmaterial.
Alat material termasuk alat bantu audiovisual di dalamnya. Penggunaan alat bantu audiovisual dalam proses belajar mengajar sangat didukung oleh Dwyer (1967), salah satru tokoh aliran Realisme. Aliran realism berasumsi bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika digunakan bahan-bahan audiovisual yang mendekati realitas. Menurut Miller, ddk. (1957), lebih banyak sifat bahan audiovisual yang menyerupai realisasi, makin mudah terjadi belajar. Karenanya, ada kecenderungan dari pihak guru untuk memberikan bahan pelajaran sebanyak mungkin dengan memberikan penjelasan yang mendekati realisasi kehidupan dan pengalaman anak didik.
Sebagai alat bantu dalam pendidikan dan pengajaran, alat material (audiovisual) mempunyai sifat sebagai berukut:
a. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi
b. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian
c. Kemampuan untuk meningkatkan transper (pengalihan) belajar
d. Kemampuan untuk memberikan penguatan (rein forcement) atau pengetahuan hasil yang dicapai
e. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan).
6. Sumber pelajaran
Belajar mengajar, telah diketahui, bukanlah berproses dalam kehampaan, tetapi berproses dalam kemaknaan, didalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi telambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses belajar mengajar.
Yang dimaksud dengan sumber-sumber bahandan belajar adalah sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang (Drs. Udin Saripuddin Winataputra, M.A. dan Drs. Rustana Ardiwinata, 1991:165). Sumber belajar merupakan bahan/ materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar. Sebab pada hakikatnya belajar adalah untuk mendapatkan hal-hal baru (perubahan).
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat dimana-mana: di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dan sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainya. (Drs. Sudirman N. ddk., 1991:203).
Ny. Dr. Roestiyah, N.K. (1989:53) mengatakan bahwa sumber-sumber belajar itu adalah:
a. Manusia ( dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat).
b. Buku/perpustakaan.
c. Mass media (majalah, surat kabar, radio, tv, dan lain-lain)
d. Dalam lingkungan
e. Alat pengajaran (buku pelajaran, peta, gambar, kaset, tape, papan tulis, kapur, spidol, dan lain-lain).
f. Museum ( tempat penyimpanan benda-benda kuno)
Drs. Sudirman N,ddk. (1991:203) mengemukakan macam-macam sumber belajar sebagai berikut:
a. Manusia (people)
b. Bahan (materials)
c. Lingkungan (setting)
d. Alat dan perlengkapan (tool and equipment)
e. Aktivitas (activities)
1. Pengajaran berprogram
2. Simulasi
3. Karyawisata
4. System pengajaran modul.
Aktivitas sebagai sumber belajar biasanya meliputi:
- Tujuan khusus yang harus dicapai oleh siswa
- Materi (bahan pelajaran) yang harus dipelajari
- Aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa utuk mencapai tujuan pengajaran.
Drs. Udin Saripuddin Winataputra, M.A. dan Drs. Rustana Ardiwinata (1991 :165) berpendapat bahwa terdapat sekurang-kurangnya lima macam sumber belajar, yaitu:
a. Manusia
b. Buku/perpustakaan
c. Media massa
d. Alam lingkungan
1. Alam lingkungan terbuka
2. Alam lingkungan sejarah atau peninggalan sejarah atau peninggalan sejarah.
3. Alam lingkungan manusia.
e. Media pendidikan.
7. Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris, yaitu evaluation. Dalam buku Essentials of Educational Evaluation karangan Edwin Wand dan Gerald W. Brown.dikatakan bahwa Evaluation refer to the act or prosess to determining the value of something. Jadi, menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sesuai dengan pendapat di atas, maka menurut Wayan Nurkancana dan P.P.N Sumartana, (1983:1) evaluasi pendidikan dapt diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala yang sesuatu yang ada hubunganya dengan dunia pendidikan.
Berbeda dengan pendapat tersebut, Ny. Drs. Roestiyah N.K.(1989:85) mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.
Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.L. Pasaribu dan Simanjuntak menegaskan bahwa:
a. Tujuan umum dari evaluasi adalah:
1. Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Memungkinkan pendidikan/guru menilai aktivitas/ pengalaman yang didapat.
3. Menilai metode mengajar yang dipergunakan.
b. Tujuan khusus dari evaluasi adalah:
1. Merangsang kegiatan siswa
2. Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
3. Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan
4. Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan
5. Untuk memperbaiki mutu pelajaran/carabelajar dan metode mengajar. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991:189).
Dalam tujuan-tujuan yang dikemukakan tersebut, maka pelaksanaan evaluasi mempunyai menfaat yang sangat besar. Manfaat itu dapat ditinjau dari pelaksanaannya dan ketika akan memprogramkan serta melaksanakan proses belajar mengajar di masa mendatang (H. Muhammad Ali, 1992:113).
Dari tujuan itu juga dapat dipahami bahwa pelaksanaan evaluai diarahkan kepada evaluasi proses dan evaluasi produk (W.S. Winkel, 1989:318). Evaluasi proses dimaksud adalah suatu evaluasi yang diarahkan untuk menilai bagaimana pelaksanaan proses belajar mengajar yang telah dilakukan mencapai tujuan, apakah dalam proses itu ditemui kendala, dan bagaimana kerja sama setiap komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. Evaluasi produk dimaksud, adalah suatu evaluasi yang diarahkan kepada bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa, dan bagaimana penguasaan siswa terhadap bahan/materi pelajaran yang telah guru berikan ketika proses belajr mengajar berlangsung.
Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi menjadi fungsi sebagai berikut:
a. Untuk memberikan umpan balik (feed back) kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar, serta mengadakan perbaikin program bagi murid.
b. Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap murid. Antara lain dipergunakan dalam rangka pemberian laporan kemajuan belajar murid kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, serta penentuan lulus tidaknya seseorang murid.
c. Untuk menentukan murid didalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan ( dan karakteristik lainya) yang dimiliki oleh murid.
d. Untuk mengenal latar belakang (psikologis, fisik dan lingkungan) murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, nantinya dapat dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar yang timbul. (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991:189).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ø Inti proses pengajaran adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.
Ø Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya.
Ø Ciri-ciri belajar mengajar yaitu:
1. Belajar mengajar memiliki tujuan
2. Ada suatu prosedur
3. Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu penggarapan materi yan khusus.
4. Ditandai dengan aktifitas anak didik
5. Guru berperan sebagai pembimbing
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin
7. Ada batas waktu
8. Evaluasi.
Ø Yang komponen-komponen belajar mengajar yaitu:
1. Tujuan
2. Bahan pengajaran
3. Kegiatan belajar mengajar
4. Metode
5. Alat
6. Sumber pelajaran
7. Evaluasi
Komentar
Posting Komentar